Jumat, 06 Maret 2009

RINDU BERTEMU ROSULULLAH

EKSPRESI CINTA BUAT SANG NABI
Oleh : H. Syarif Matnadjih[1]

Berkata Umar Ibnul Khottob : “Siapa saja yang mengagungkan hari lahirnya Nabi Muhammad SAW, maka sesungguhnya dia telah mensyi’arkan agama Islam”

Sebentar lagi, dan bahkan hanya dalam hitungan jari, akan datang peringatan hari besar Islam. Peristiwa yang satu ini memang menjadi bagian penting dan berharga dalam perjalanan ummat Islam di seluruh pelosok dunia dan terutama di Indonesia. 12 Robi’ul Awwal merupakan tanggal bersejarah, karena telah lahirnya manusia mulya dan teramat mempesona, manusia agung dan istimewa, kemilau akhlaknya memancar sepanjang zaman dan menerpa setiap sudut belahan bumi. Dialah Muhammad Shollallahu ‘alaihi wasallama.
Tahun ini, tanggal 12 Robiul Awwal 1430 H bertepatan dengan tanggal 8 Maret 2009 M., dan seperti tahun-tahun sebelumnya, pemerintah Indonesia menjadikan hari besar Islam ini sebagai hari libur nasional, tak berbilang sudah berapa kali peringatan Maulid Nabi Saw, digelar dan dirayakan, mulai dari tingkat majlis ta’lim, pengurus musholla, pengurus masjid-masjid besar dan hingga pada tingkat organisasi kemasyarakatan terkemuka yang berkiprah di tanah bumi pertiwi ini.
Seakan semua ummat Islam di Indonesia terbuai dan hanyut dalam kerinduan yang sangat mendalam kepada Pemimpin sejati yang satu ini, sejumlah anggaran biaya dan persiapan yang lumayan besar sudah dipersiapkan demi meriah dan semaraknya acara peringatan maulid nabi ini, yang bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta rupiah, belum lagi aneka macam makanan dan hidangan khas yang membanjiri disetiap acara tersebut. Begitulah geliat cinta yang sedang merasuk dalam jiwa dan raga setiap muslim Indonesia, semua sedang asyik dalam mengekspresikan kedalaman mahabbah kepada Nabiyyul Musthofa.
Seorang tabi’in bernama al-Imam Hasan Al-Bashri, yang teramat kesohor namanya, seorang yang dibesarkan dikalangan keluarga Rosulullah, yang bahkan nama yang disandangnya adalah merupakan pemberian dari salah satu istri nabi yaitu Ummu Salamah, memberikan sebuah pernyataan yang berkaitan dengan betapa penting dan berharganya peringatan maulid nabi saw. :
وددت لو كان لي مثل جبل أحد ذهبا لانفقته على قراءة مولد الرسول
“Seandainya aku memiliki emas bagaikan gunung uhud, maka aku akan berikan semuanya untuk pembacaan maulid nabi saw.”

Pernyataan Imam Hasan al-Bashri ini boleh jadi dari lantaran kedalaman cinta dari seorang pengikut setia yang teramat besar dan tidak terkira kepada pemimpinnya, sehingga harta yang bila dia memilikinya akan diberikan semuanya demi terdengar gema nama mulya Rosulullah Saw.
Kebesaran nama Muhammad Saw., menjadikan semua ummat Islam berharap mendapatkan syafa’atul ‘uzma kelak, dimana tidak ada yang bisa memberikan pertolongan kecuali beliau, dalam rangka menghantarkan para pencintanya mendapatkan keindahan syurga yang Allah janjikan. Semangat inilah yang menjadi alasan yang paling dominan merasuk kedalam sanubari setiap pengikut nabi.
Setiap orang boleh dan berhak mengaku mencintai nabi saw., tetapi cinta yang sebenarnya adalah sebagaimana yang telah nabi Muhammad berikan catatan khusus tentang siapa saja yang sesungguhnya cinta dengan sebenarnya cinta, dan bahkan nabi juga memberikan catatan khusus terhadap ciri orang yang akan duduk bersanding bersama nabi saw pada hari kiamat nanti, hal ini dipaparkan oleh nabi kepada para sahabatnya dalam sebuah hadits yang sudah teruji ke-shahihan-nya :
أخبركم بأحبكم إلى وأقربكم منى مجلسا يوم القيامة فسكت القوم فأعادها مرتين أو ثلاثا قال القوم نعم يا رسول الله قال أحسنكم خلقا
“akan kuberitahukan kepada kalian mereka yang paling cinta kepadaku dan mereka yang paling dekat duduknya denganku pada hari kiamat, semua sahabat terdiam, maka nabi mengulanginya dua hingga tiga kali, para sahabat menjawab : iya ya Rosulallah, nabi menjawab : yang paling baik akhlaknya diantara kalian” ( al-hadits).

Ternyata cinta kepada nabi saw, bukan hanya sebatas dengan ucapan dan hadir pada setiap majlis maulid, atau dengan membacakan biografi lengkap nabi saw, tetapi lebih dari sekadar pengakuan lisan saja dan harus aplikatif serta kongkrit, yaitu berupa pembenahan akhlak dalam berhubungan kepada Allah ataupun kepada makhluk Allah. Bila benar mengaku cinta kepada nabi saw, dan menginginkan duduk berdekatan dengannya kelak, maka tidak ada pilihan lain melainkan segera menjadikan nabi saw, bukan hanya sebagai nama yang kerap disebutkan dan diucapkan saja, tetapi juga harus menjadikannya sebagai satu-satunya contoh pribadi mulia dengan pesona akhlak yang terpancar dalam perkataan dan perbuatan.
Pertanyaannya sekarang, bila mengaku mencintai nabi, maka sudahkah meniru akhlak nabi dalam keseharian kita?, karena idealnya, seseorang yang mengaku cinta kepada nabi, pastinya orang tersebut menjadi manusia pilihan yang menebarkan kemanfaatan buat yang ada disekitarnya, dia akan menjadi manusia pemaaf, dia akan menjadi manusia yang sangat dermawan dan santun bertutur kata. Kepada Allah, maka seharusnya siapa saja yang mengaku cinta nabi, akan selalu menjadi hamba yang ta’at, atau bahkan mungkin menjadi hamba yang matanya selalu basah dengan air mata pada saat sedang berinteraksi dengan-Nya.
Semoga, peringatan peristiwa kelahiran nabi tahun ini yang ditandai dengan gema nama mulya beliau disetiap tempat dan waktu, akan menjadikan kepada siapa saja yang mengaku cinta kepadanya, bergegas membenahi diri dan merekonstruksi akhlak sebagaimana yang telah dicontohkan nabi pada empat belas abad silam. amin
Wallahu a’lam
[1] Salah seorang Pendiri Majlis Dzikir Sirrul Asror dan Majlis Khotmul Quran di Jakarta Timur dan Bekasi

Tidak ada komentar: